Kamis, 12 Agustus 2010

Begitu dekatnya

Bismillahirrahmaanirrahim..

Ramadhan di forensik??
Yup, itu lah ana sekarang..Orang-orang (read:coass community) bilang kalo puasa di forensik itu enak, gk capek..baru dua hari ramadhan dilewati di forensik, sudah ada 3 PL (pemeriksaan luar) dengan causa yang sama kecelakaan lalu lintas...benar-benar banyak mengajarkan makna kehidupan dan kematian..

Sungguh,kematian itu sangat dekat dan tak ada seorang pun yang tau kapan ia akan meninggal dan bagaimana cara ia meninggal. Mungkin pada pagi hari ia masih bercanda dengan keluarga atau pun teman, tapi siapa yang menyangka kalo itu untuk yang terakhir kalinya. Kematian pun tidak mengenal usia, entah muda atau tua, entah kecil atau besar, entah kaya atau miskin. Semuanya sudah ditentukan

"Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan" (QS.Al-Waaqi'ah:56)


"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Munafiqun:63)

Selasa, 10 Agustus 2010

Alhamdulillah, berjumpa lagi

Bismillahirrahmaanirrahim..

Segala puji hanya untuk-Mu, Rabb semesta alam. Kembali diri ini dipertemukan dengan bulan yang penuh barokah ini. Bulan yang semua amal dibalas dengan pahala berlipat ganda, amalan sunnah pun bernilai seperti amalan wajib..

Aroma ramadhan sudah mulai tercium dari beberapa hari sebelumnya. Udara khas bulan ramadhan ini sudah memenuhi seluruh ruangan di hati sejak beberapa hari sebelumnya. Akhirnya, malam ini ana benar-benar merasakan ramadhan itu.

Ramadhan kali ini, ada rasa beda di hati. Ramadhan ini adalah ramadhan pertama ana menjalani saat sedang menjalani kepaniteraan klinik. Mungkin awal-awal ini ramadhan akan dapat dijalani dengan lancar (aaamiin..), soalnya sekarang ana sedang di stase yang insyaAllah tidak terlalu sibuk. Tapi jika harus membayangkan 10 hari terakhir nanti, saat ana sedang berada di stase yang cukup berat, wallahu 'alam akan seperti apa…sereeem..:(

Walau bagaimana pun juga, harus tetap semangat memanfaatkan waktu yang ada. Target-target ramadhan tahun ini harus tetap terpenuhi. Tidak ada suatu alasan apapun yang bisa membuat ramadhan tahun ini dilewati dengan kesia-siaan.

Ya Allah, jagalah selalu diri ini untuk selalu dapat bersujud kepadaMu dalam hati yang ikhlas…aaamiin..


*Malam 1 Ramadhan 1431 H, di tengah menunggu download-an lagu ungu, 'doa untuk ibu'

Kamis, 05 Agustus 2010

Pompa Proton Inhibitor

1.Mekanisme Aksi
Agen ini, termasuk omeprazole (Prilosec), lansoprazole (Prevacid), rabeprazole (Aciphex), dan pantoprazole (Protonix), mengikat pompa proton sel parietal pada mukosa lambung dan menghambat sekresi ion hidrogen.
Omeprazole diabsorpsi dengan cepat dalam kadar maksimum pada plasma dicapai antara 0,5 - 3,5 jam. Bioavailabilitas absolut kira-kira 30% - 40% pada dosis 20 - 40 mg, disebabkan sebagian besar mengalami metabolisme presistemik. Bioavailibilitas Omeprazol sedikit meningkat pada pemakaian berulang . Waktu paruh dalam plasma dicapai 0,5 - 1 jam dan bersihan tubuh total 500 - 600 ml/menit.
Omeprazol terikat dalam protein plasma kira-kira 95%.. Sebagian kecil obat dalam bentuk utuh disekresikan melalui urin. Sekitar 77% dieliminasi melalui urin paling sedikit sebagai enam metabolit, sisanya ditemukan dalam feses.

2.Penggunaan klinis
Inhibitor pompa proton ditunjukkan untuk perawatan ulkus duodenum, GERD, dan sindrom Zollinger-Ellison. Obat-obat ini mungkin menyembuhkan tukak lambung dan GERD lebih cepat daripada H2-reseptor blockers. Penggunaan proton pump inhibitor dalam profilaksis aspirasi pada anestesi umum masih terbatas. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa dibandingkan dengan omeprazole, H2-reseptor bloker lebih dapat diandalkan dalam konsisten meningkatkan pH lambung dan mengurangi volume lambung; lansoprazole dapat seefektif H2-reseptor blockers. Dua dosis lansoprazole (malam sebelum operasi dan pagi operasi) tampaknya lebih efektif daripada profilaksis dosis tunggal. Data penggunaan agen intravena yang lebih baru (pantoprazole) untuk profilaksis aspirasi terbatas.

3.Efek Samping
Proton pump inhibitor umumnya ditoleransi dengan baik menyebabkan beberapa efek samping. Efek samping yang merugikan terutama GI (mual, sakit perut, sembelit, dan diare). Pada kesempatan yang jarang, mereka telah dikaitkan dengan mialgia, anafilaksis, angioedema, dan reaksi dermatologis parah. Pengobatan jangka panjang berhubungan dengan hiperplasia sel lambung seperti enterochromaffin.

4.Dosis
Dosis oral yang disarankan untuk orang dewasa adalah 20 mg omeprazole, lansoprazole 15 mg, rabeprazole 20 mg, dan pantoprazole 40 mg. Hanya pantoprazole yang tersedia untuk digunakan di infus di Amerika Serikat. Karena obat ini terutama dieliminasi oleh hati, ulangi dosis harus dikurangi pada pasien dengan gangguan hati berat.

5.Interaksi Obat
Omeprazole mengganggu enzim hati P -450 dan menurunkan clearance dari diazepam, warfarin, dan fenitoin. Agen lain tidak tampak memiliki interaksi obat yang signifikan.

Sumber:Morgan, Clinical Anesthesiology 4th edition

Metoklopramid

1. Mekanisme Aksi
Metoklopramid bertindak di perifer sebagai cholinomimetic (memfasilitasi transmisi asetilkolin pada reseptor muscarinic selektif) dan di sentral sebagai antagonis dopamin. Aksinya sebagai agen prokinetic di saluran gastrointestinal (GI) atas tidak tergantung pada persarafan vagal tetapi dihapuskan oleh agen antikolinergik. Ini tidak merangsang sekresi.

2. Penggunaan klinis
Dengan meningkatkan efek stimulasi asetilkolin pada otot polos usus, metoklopramid meningkatkan tonus esophageal sphincter bawah, mempercepat pengosongan lambung, dan menurunkan volume cairan lambung. Ini dapat digunakan untuk keberhasilan dalam pengobatan pasien dengan diabetes gastroparesis dan GERD, serta profilaksis bagi mereka beresiko untuk pneumonia aspirasi. Metoklopramid tidak mempengaruhi sekresi asam lambung atau pH cairan lambung.
Metoklopramid menghasilkan efek antimuntah dengan memblokir reseptor dopamin di zona pemicu chemoreceptor pada sistem saraf pusat. Kegunaan nya sebagai agen antimuntah selama kemoterapi kanker lebih baik digunakan daripada bila digunakan sebagai agen tunggal untuk pencegahan mual dan muntah pasca operasi (PONV).
Metoklopramid dapat memberikan beberapa derajat analgesia dalam kondisi yang berhubungan dengan spasme otot polos (misalnya, ginjal atau kolik empedu, uterus kram), mungkin karena efek kolinergik dan dopaminergik. Hal ini juga dapat mengurangi penggunaan analgesik pada pasien yang menjalani prostaglandin-induced pada terminasi kehamilan.
3. Efek Samping
Injeksi intravena yang cepat dapat menyebabkan kram perut, dan metoklopramid merupakan kontraindikasi pada pasien dengan obstruksi usus complete. Hal ini dapat menyebabkan krisis hipertensi pada pasien dengan pheochromocytoma dengan melepaskan katekolamin dari tumor. Sedasi, gelisah, dan tanda-tanda ekstrapiramidal dari antagonisme dopamin (misalnya, akathisia) jarang terjadi dan reversibel. Meskipun demikian, metoklopramid sebaiknya dihindari pada pasien dengan penyakit Parkinson. Peningkatkan aldosteron dan sekresi prolaktin pada metklopramid-induced mungkin tidak penting selama terapi jangka pendek. Metoklopramid jarang dapat menyebabkan hipotensi dan aritmia.

4. Dosis
Dosis dewasa 10-20 mg metoklopramid (0,25 mg / kg) per oral, intramuskular, atau intravena (disuntikkan selama 5 menit). Dosis yang lebih tinggi (1-2 mg / kg) telah digunakan untuk mencegah emesis selama kemoterapi. Onset aksi jauh lebih cepat pada parenteral (3-5 menit) jika dibandingkan per oral (30-60 menit). Karena metoklopramid ini dibuang melalui urin, dosisnya harus dikurangi pada pasien dengan disfungsi ginjal.

5. Interaksi Obat
Obat antimuscarinic (misalnya, atropin, glycopyrrolate) memblok efek GI pada metoklopramid. Metoklopramid mengurangi penyerapan simetidin oral. Penggunaan bersamaan dengan fenotiazin atau butyrophenones (droperidol) meningkatkan kemungkinan efek samping ekstrapiramidal. Metoklopramid menurunkan dosis untuk induksi anestesi thiopental. Ia tidak membalikkan efek dari infus dopamin dosis rendah pada pembuluh darah ginjal

Sumber: Morgan,Clinical Anesthesiology 4th edition

Rabu, 04 Agustus 2010

Di balik fase tidur

Bismillahirrahmaanirrahim..

Kali ini, tidak ada maksud untuk melebih-lebihkan sesuatu, hanya ingin menuangkan sedikit memori yang tidak ingin terlupakan..(*bahasa apa ini..^_^). Sayangkan, kalo setiap stase yang dilewati dalam dunia perco-assan tidak diabadikan..mubadzir..(hehe..lebay..)
Cuma sepenggal pelajaran yang bisa ditulis dari banyak pelajaran yang didapat.

Anastesi, stase ketiga dari banyak stase lagi yang harus dilewati..(Semangat..semangat..!!)
Awalnya, ana berpikir, orang-orang di anastesi ini bisa jadi orang yang paling sombong dan menganggap dirinya Tuhan. Why??Karena di tangan dokter anastesi lah orang yang tadinya sadar penuh (compos mentis) bisa tiba-tiba tertidur dalam hitungan detik. Dan durante operasi pun, si anastesiolog lah yang memegang kendali nafas. Saat operasi selesai, orang yang sudah di fase tidur dalam bisa dibangunkan.
Hmm..kalau bukan orang yang percaya adanya Allah, mungkin sudah jadi fir'aun millenium kali..Merasa dirinya yang bisa mengendalikan kehidupan seseorang..Syukurlah, dokter-dokter anastesi dan calon-calon anastesiolog yang ana kenal tidak seperti itu..:)

Uppss..jangan sensi dulu ya bagi pembaca dari kalangan anastesiolog (*kira2 ada gk y yg baca..hehe..)..tidak ada maksud memojokkan..

Di sudut lain, ada pikiran lain yang berkecamuk yang membuat ana tertarik untuk memasukkan anastesi di daftar panjang pilihan spesialistik masa depan (*dasar co-ass bimbang, setiap masuk stase baru selalu tertarik untuk bisa ambil spesialis di bidang tersebut…).
Ana berpikir kalo dokter anastesi adalah dokter yang paling bisa ikhlas..dokter yang bekerja di belakang layar. Coba dech, cari plat nama dokter yang belakangnya ada tulisan Sp.An., dijamin langka..mana ada pasien yang mau dateng khusus untuk dibius…Dokter-dokter yang terkenal (di kalangan masyarakat) itu biasanya dokter spesialis anak, penyakit dalam, obgyn, kulit, dan yang lainnya..kayaknya kalo dokter anastesi jarang dikenal masyarakat..(mungkin ada sebagian)..

Menjadi dokter anastesi, menjadi dokter yang sangat sedikit mendapatkan ucapan terimakasih. Dokter anastesi berinteraksi dengan pasien yang tidak sadar, paling berinteraksi dengan pasien sadar saat kunjungan pre-anestesi. Saat pasien terbangun dari tidur (read:pembiusan) dan selesai operasi, pasien bakal berinteraksi dengan dokter bedah. Itulah kenapa ana beranggapan kalo dokter anestesi itu dokter yang tak kenal dengan ucapan terima kasih, jadi bekerja bener-bener ikhlas..(*I like it..^_^). Tidak berorientasi "terima kasih"..