Minggu, 06 Desember 2009

Teringat dengannya

Bismillahirrahmaanirrahim..

Bermula dari melihat seorang tua yang mengendarai sepeda motor. Saat itu ana sedang di angkot dari menghadiri salah satu taujih di masjid menuju ke tempat persinggahan selanjutnya syuro di sma ana dulu. Si sopir angkot memacu kendaraan yang dibawanya dengan laju yang pasti untuk mengejar para penumpang, sesuatu hal yang bisa ana maklumi.

Namun,ketika hampir sampai lampu merah, sopir pun ingin memepetkan mobilnya di pinggir agar langsung bisa mengambil tempat di pinggir jalan jika lampu hijau yang menyala. Pada saat itu lah seorang bapak yang kalo ana perkirakan mungkin umurnya sudah 50 tahunan mendekati 60 tahun memacu sepeda motornya dengan santai.

Angkot yang ana tumpangi ini berada di belakang motor si bapak tua tadi, dengan tidak sabarnya sopir angkot ingin segera menyusul pengendara motor tersebut, namun dia masih saja berjalan lambat. Hal ini pun ana dapat maklumi, mungkin karena bapak ini sudah tua dan sudah mulai lambat mengendarai motornya tetapi ada salahnya juga dengan cara bapak ini mengendarai motor yang seharusnya jika ingin berjalan pelan sebaiknya berjalan agak ke kiri atau lebih ke pinggir jalan.

Karena ingin memotong jalannya motor tadi tidak bisa, si sopir akhirnya membunyikan klakson yang panjang agar si bapak tua tadi menghindar, dan si bapak pun agak sedikit meminggirkan jalan motornya.

Dari sinilah, ana tiba-tiba teringat dengan sosok yai (read: kakek dalam bahasa palembang) ana yang sudah lama pergi menghadap Allah. Rasa kangen itu menelusup begitu saja dalam hati ini. Kangen yai yang mengendarai motor mengantar cucu-cucunya pergi jalan-jalan. Kangen dengan sosok yai yang kalau datang ke rumah membawa segala macam jenis jajanan yang kami semua sukai. Kangen bermain bulu tangkis bersama walaupun yai hanya berdiri di satu tempat menyambut cock yang datang karena kakinya sudah tidak kuat lagi berlari. Kangen saat-saat yai meminta mencabut uban di kepala yang hampir seluruhnya sudah ubanan. Kangen dengan cita-cita yai yang ingin membuatkan kamus bahasa komering (asal daerah yai), karena cucu-cucunya gak ada yang bisa bahasa "ibu" yai.

Huff...rasanya kalo ana gak inget sedang berada di angkot, mungkin air mata ini sudah menetes. Rindu sekali dengan sosok yang tak tergantikan itu. Jika mengingat kenangan-kenangan itu ingin sekali rasanya kembali masa itu. Semoga kita semua dipertemukan kembali dalam suasana dan tempat yang paling indah.

Ya Allah, berikanlah yai tia tempat terbaik di sisi-Mu. Lapangkanlah kuburnya, hindarkanlah ia dari siksa kubur dan siksa akhirat. Pertemukanlah kami semua di syurga-Mu. Aaaamiin ya Rabb..

Tidak ada komentar: